MEDIASELEKTIF.COM - Sejak adanya yayasan perguruan Darma Agung yang didirikan oleh Richard Elyas Pardede iklim belajar mengajar di Universitas Darma Agung (UDA) menjadi tidak kondusif dan membingungkan para mahasiswa.
YPDA versi Richard Elyas Pardede mengganti semua perangkat rektorat dari jabatan Rektor, Wakil Rektor, Dekan dan lainnya. Hal itu membuat adanya dualisme di UDA bahkan untuk pembayaran uang kuliah pun YPDA versi Richard Elyas membuat nomor rekening sendiri.
Kebingungan itu membuat puluhan mahasiswa UDA melakukan aksi demo di depan kampus, Jumat (16/5/2025).
Dalam aksi tersebut, kordinator aksi meminta pihak Yayasan untuk duduk bersama menyelesaikan masalah yang terjadi di kampus tersebut.
"Kami tak mau kampus ini tutup. Kami minta kedua belah pihak untuk duduk bersama untuk menyelesaikan masalah yang sudah berlarut-larut terjadi," teriaknya.
Selain itu, kordinator aksi bilang, pihaknya juga meragukan dengan SK Kemenkumham yayasan versi Richard Elyas Pardede dan Lembaga Layanan Pendidikan Tinggi (LLDikti) Wilayah 1 Sumatera Utara.
"Posisi kami netral dan tidak ada membela siapa-siapa. Kami bukan penjilat. Kami minta Rektor UDA menjelaskan masalah ini dihadapan mahasiswa," ungkapnya.
Kordinator aksi juga bilang, mereka diwajibkan membayarkan uang kuliah. Namun, tidak jelas pihak yayasan yang mana berhak menerima uang kuliah tersebut.
"Saya sudah alami masalah ini. Pihak rektorat meminta denda Rp. 200 ribu jika mahasiswa telat membayar uang kuliah. Kami pun jadi bingung dibuat masalah ini," ketusnya.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa ditemui Prof Suwardi, dan Arifin Sihombing.
Dihadapan mahasiswa, Suwardi Rektor UDA ala YPDA versi Richard Elyas Pardede itu bersikukuh jika SK Kemenkumham yang mereka pegang sah.
"SK Kemenkumham kami sah. Jadi adik-adik mahasiswa tak perlu takut dan sangsi untuk menimba ilmu di kampus ini," beber Suwardi.
Jika nanti mahasiswa dirugikan, Suwardi juga mengaku siap bertanggungjawab.
"Jika ada yang dirugikan, kami siap untuk bertanggung jawab. Jadi adik-adik mahasiswa tak perlu takut," ungkapnya.
Meski begitu, mahasiswa yang melakukan demo tak percaya begitu saja.
"Sebelum ada keputusan untuk menyelesaikan konflik kedua belah pihak, kita tidak akan berhenti untuk melakukan aksi demo," teriak massa sambil meninggalkan lokasi demo.(Moe/MSC)