MEDIASELEKTIF.COM - Salah satu kajian ilmiah yang dipaparkan dalam Rapat Kerja Nasional (Rakernas) Ikatan Sarjana Melayu Indonesia (ISMI) di Pekanbaru, Provinsi Riau, Sabtu 28 Juni 2025 lalu, menyimpulkan kuatnya keyakinan bahwa Indonesia bakal dapat mencapai swasembada bahan bakar minyak (BBM).
Dengan demikian, Negara ini bakal dapat menyandang predikat sebagai Negara pengekspor minyak, dan kembali menjadi anggota OPEC (Organization of the Petroleum Exporting Countries/organisasi Negara-negara pengekspor minyak.
Seperti diketahui, Indonesia bergabung dengan OPEC pada 1962, namun pada tahun 2008 menangguhkan keanggotaannya karena tidak lagi memenuhi kriteria sebagai Negara produsen minyak, dan akhirnya keluar secara efektif pada 2016. Pada 2017 sejumlah Negara anggota OPEC seperti Arab Saudi dan Persatuan Emirat Arab meminta Indonesia bergabung kembali dalam forum ini, namun belum terlaksana hingga saat ini.
Demikian disampaikan Sekretaris Jenderal PB ISMI, Prof Yanhar Djamaluddin, melalui siaran persnya pada Kamis 17 Juli 2025.
Dikatakannya, Ketua Dewan Pakar Pengurus Besar (PB) ISMI) Prof. Dr. Ir. Djohar Arifin Husin, Ph.D sebagai pemapar ilmiah saat Rakernas ISMI di Balai Serindit, Gubernuran Riau, tersebut menyudahi paparannya dengan keyakinan Indonesia akan segera menjadi negara swasembada energi dan kembali menjadi anggota OPEC.
Swasembada ini akan tercapai dengan mengaktifkan sumur-sumur minyak yang ditinggal, seraya sumur-sumur baru akan terus didapat dan akan meningkatkan produksi minyak nasional.
Prof. Djohar menguraikan kajiannya diawali dengan kondisi produksi minyak nasional saat ini sebesar 550 BOPD (Barel Oil Per Day), sementara kebutuhan dalam negeri saat ini mencapai 1,6 juta BOPD, sehingga masih dibutuhkan impor minyak sebesar 1,1 juta BOPD. Saat ini Indonesia diliputi kondisi turunnya produksi dan turunnya reservoir pressure, bahkan menurut Prof. Djohar, ada 13.271 sumur minyak ditinggal karena stop produksi atau kecil produksi.
Padahal, menurutnya, jumlah kandungan minyak yang diproduksi baru mencapai sekitar 20 persen dari cadangan, yang berarti potensi dari sumur-sumur yang dapat memproduksi minyak masih sangat besar.
Prof. Djohar kemudian juga memaparkan sejumlah temuan bagi terbukanya kembali peluang pengolahan dan pengaktifan sumur-sumur minyak untuk meningkatkan produksi minyak Indonesia ini. Selain itu, menurutnya riset terintegrasi bersama Brin telah dilakukan, dan juga telah diuji di Lemigas.
Berdasarkan data SKK Migas, ada sebanyak 13.271 sumur shut-in di seluruh tanah air, yang kesemuanya adalah sumur potensial dan opportunity yang besar untuk dikerjakan. Dan jika sumur-sumur minyak tersebut dapat diaktifkan kembali, akan merupakan pemasukan besar bagi Negara.
Kalkulasinya, dengan perhitungan kenaikan produksi per sumur 100 BOPD saja maka dari 13.271 sumur tersebut akan diperoleh tambahan produksi sebesar 1.327.000 BOPD, sehingga target produksi 1 juta BOPD sangat bisa dicapai.
Sementara itu pencarian sumur-sumur baru perlu terus dilakukan dan insya Allah akan ditemukan lagi di seluruh wilayah Indonesia. Artinya, produksi minyak Indonesia akan terus meningkat sehingga bukan hanya dapat memenuhi kebutuhan BBM dalam negeri tetapi juga Indonesia akan mencapai swasembada dan akan kembali menjadi pengekspor minyak alias dapat kembali menjadi Negara OPEC.
“Insya Allah, Indonesia akan segera menjadi Negara swasembada energy,” ungkap Prof. Djohar.
Terkait pengaktifan kembali sumur-sumur minyak yang stop dan pencarian sumur-sumur minyak baru di seluruh wilayah Indonesia, Prof. Djohar juga menyampaikan gagasan perlunya membentuk koperasi rakyat sebagai mitra pengelolaan sumur minyak. Dengan demikian, diharapkan upaya pencarian dan pelaksanaan produksi dapat berjalan secara efektif, efisien dan melibatkan peran serta masyarakat untuk kemaslahatan Negara, bangsa dan rakyat.
Selain itu, sejumlah masukan juga ditelurkan melalui pembahasan dalam paparan ilmiah ini, berupa saran-saran, seperti disampaikan Ketua Umum PB ISMI Nizhamul, SE, MM Gelar Datuk Seri Kesuma Setia Negeri saat melakukan penutupan Rakernas tersebut.
Masukan dan saran yang disampaikan, di antaranya tentang perlunya Indonesia meningkatkan cadangan minyak bumi dan gas alam untuk mendukung produksi BBM dalam negeri; perlunya pembangunan dan pengembangan kilang minyak yang efisien dan modern untuk meningkatkan produksi BBM dalam negeri; serta perlunya diversifikasi sumber energi untuk mengurangi ketergantungan pada BBM dan meningkatkan penggunaan energi terbarukan.
Kemudian, Pemerintah disarankan perlu membuat kebijakan yang mendukung swasembada BBM, seperti insentif untuk industri hulu minyak dan gas, serta investasi pada infrastruktur energi. Juga efisiensi penggunaan BBM dan konservasi energi perlu ditingkatkan untuk mengurangi konsumsi BBM dan meningkatkan ketersediaan untuk kebutuhan dalam negeri.(Rel/MSC)