Pertamina Terus Rintis Pengelolaan Sampah Bernilai Ekonomis

Editor: mediaselektif.com author photo
MEDIASELEKTIF.COM - Pertamina melalui Marketing Operation Region (MOR) I Sumbagut merintis pengelolaan sampah menjadi bernilai ekonomis melalui program pengelolaan sampah di Fuel Terminal (FT) Medan Group dimulai tahun 2018 hingga saat ini. 

Demikian Unit Manager Comm, Rel & CSR MOR I, M. Roby Hervindo kepada wartawan ketika ditemui di lokasi pengelolan sampah lingkungan 24 Pekan Labuhan Kecamatan Medan Labuhan, Medan, Rabu (30/9/2020).

Ia menyampaikan, program pengelolaan sampah ini digawangi kelompok warga 

“Salah satu programnya yakni pengelolaan sampah anorganik berupa plastik menjadi Ecobrick. Program ini memberikan nilai tambah ekonomi bagi kelompok lingkungan 24 hingga mencapai tiga juta rupiah per bulan dari hasil penjualan ecobrick. Setelah sukses dengan pengelolaan sampah plastik, kali ini kami kembangkan dengan melakukan pelatihan pengolahan sampah organik rumah tangga, yang bernama Ecoenzym,” jelasnya.

Ecoenzyme merupakan hasil dari fermentasi limbah dapur organik seperti ampas buah dan sayuran, gula dan air. Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Dr Rosukon Poompanvong, pendiri Asosiasi Pertanian Organik (Organic Agriculture Association) dari Thailand. Warnanya coklat gelap dan memiliki aroma fermentasi asam manis yang kuat.

Ecoenzyme memiliki multiguna. Ia efektif membunuh bakteri dan kuman, sehingga  dimanfaatkan sebagai disinfektan. Cairan ini sangat tidak disukai kecoa, semut, lalat dan nyamuk. Alhasil cocok dipakai sebagai pengusir hama. Cukup semprotkan 15 ml eco enzyme yang telah dicampur 500 ml air ke tempat-tempat yang ditargetkan bebas hama.

Ecoenzyme juga bisa berfungsi sebagai cairan pembersih kaca dan kamar mandi. Selain itu, tokcer juga dipakai sebagai pupuk tanaman. Campurkan air secukupnya, jadilah ecoenzyme sebagai pupuk organik. 

Ani, salah satu peserta pelatihan Ecoenzyme menyampaikan antusiasme yang tinggi terhadap pelatihan yang diselenggarakan Pertamina. "Semoga masyarakat luas juga lebih tergerak lagi tentang pengelolaan sampah, bukan cuman kader di lingkungan 24 Pekan Labuhan saja," paparnya.

“Kami berharap program pengelolaan sampah terpadu ini bisa menjadi salah satu solusi masalah sampah. Sampah anorganik dikelola dengan ecobrick. Sampah organik diolah melalui ecoenzyme. Sehingga berdampak positif bagi lingkungan, sekaligus dapat bernilai ekonomis,” pungkas Roby. (Irn/MSC)


Share:
Komentar

Berita Terkini