Majukan UMKM Nasional Agar Ekonomi Indonesia Berdikari 

Editor: mediaselektif.com author photo

MEDIASELEKTIF.COM - Keberpihakan pemerintah dan semangat yang sudah digaungkan Presiden Jokowi harus didukung dan dikawal seluruh masyarakat. Mari sama-sama kita majukan UMKM Nasional agar Indonesia berdikari secara ekonomi.

Demikian Sekjen Pusat Kajian dan Pengembangan Berdikari Osmar Tanjung kepada wartawan di Medan, Minggu (7/3/2021).

Dikatakannya, baru- baru ini heboh pemberitaan tentang Presiden Jokowi "Benci produk luar negeri." Statement tersebut lengkapnya "Produk-produk dalam negeri gaungkan, gaungkan juga benci produk-produk asing. Bukan hanya cinta, tapi benci. Cinta barang kita, benci produk luar negeri," ucap Presiden Jokowi dalam Peresmian Pembukaan Rapat Kerja Nasional Kementerian Perdagangan Tahun 2021.

Statemen ini, menurut Osmar di dimaksudkan menjadi semangat dalam memajukan UMKM di Indonesia. UMKM kunci perekonomian Nasional untuk bangkit.

Menurut data Kemenkop, tahun 2018, proporsi UMKM Nasional (Usaha Mikro, Kecil dan Menengah) sebesar 99,9% dan usaha besar hanya 0.01%. Kontribusi UMKM terhadap PDB sekitar 61.1% dan sisasya 38.9% disumbang oleh usaha besar. Komitmen pemerintah dalam memajukan UMKM ditengah pandemi Covid 19, baik melalui KUR dan 40 persen alokasi belanja barang pemerintah ke UMKM pada 2021 harus dijadikan momentum peningkatan kontribusi UMKM terhadap PDB Nasional. Jumlah penduduk 270 juta merupakan potensi ekonomi yang besar bagi UMKM harus memanfaatkan momentum dari statemen Presiden Jokowi dimaksud. UMKM harus menjadi pemain utama dalam peningkatan ekonomi nasional. Bukankah krisis ekonomi tahun 1999 terselamatkan karena keberadaan UMKM?

UMKM memang mengalami permasalahan cukup serius akibat pandemi Covid-19 yang sedang terjadi. Akan tetapi kondisi ini juga harus dimanfaatkan sebaik baiknya, karena ikhtiar Presiden Jokowi jelas ingin memberi kesempatan kepada UMKM menjadi pemain kunci dalam perekonomian Nasional. 

UMKM harus berusaha keras dalam menjual produknya. Bisnis pada ghalibnya dimulai dari volume yang terbatas karena adanya resiko gagal dan rugi. Usaha-usaha besar yang sudah lama meksispun di tengah pandemi Covid 19, harus menjajakan produknya ke pinggir - pinggir  jalan agar paling tidak mampu menutupi fix cost yang ada, agar mampu bertahan di kondisi sulit ini. (Ir/MSC)



Share:
Komentar

Berita Terkini