Ketua PWI Sumut: PWI Rumah Besar Wartawan

Editor: mediaselektif.com author photo

MEDIASELEKTIF.COM - Ketua PWI Sumut H. Farianda Putra Sinik, SE membuka secara resmi ujian masuk anggota muda PWI dan naik status bagi wartawan status muda menjadi anggota biasa, Kamis (28/7/2022) di Hotel Le Polonia, Medan. 

Dalam sambutannya, Farianda menyebutkan sangat bangga karena animo wartawan untuk menjadi anggota PWI sangat besar, terbukti dari banyak wartawan yang mendaftar untuk menjadi peserta ujian. Namun, dia mengatakan, kuantitas anggota PWI harus diimbangi dengan kualitas anggotannya. 

“Wartawan harus bisa membuat berita. Jangan bisanya Cuma copy paste,” ujar nya.

Untuk meningkatkan kualitas itulah sebutnya, PWI Sumut juga melaksanakan ujian kompetensi wartawan (UKW) agar kualitas wartawan yang tergabung di PWI semakin meningkat karena parameter UKW sudah jelas dan terukur.

Farianda yang juga ketua serikat perusahaan pers (SPS) itu menambahkan PWI adalah rumah besar bagi wartawan.

Usai pembukaan acara kemudian dilanjutkan dengan panel diskusi yang dibawakan 3 nara sumber masing-masing, KetuaPWI Sumut H. Farianda Putra Siik, SE, Dewan Kehormatan Provinsi PWI Sumut Drs.M.Sahrir, M.I.Kom dan Sekretaris SPS Sumut Rianto Ahgly, SH.

Sekretaris SPS Sumut dalam makalahnya bertajuk “UKW Dalam Perspektif Media Online” menjelaskan, saat ini UKW sangat dibutuhkan oleh seorang jurnalis karena salah satu syarat untuk bisa menjadi pimpinan redaksi (Pimred) harus mengantongi sertifikat UKW tingkat Utama. Selain itu kata pria yang akrab dipanggil Anto Genk itu, UKW merupakan salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas wartawan.

Saat ini kata Anto Genk banyak bermunculan media sosial yang menyiarkan berita layak nya perusahaan media massa. Celakanya ada wartawan yang mengcopy paste berita-berita di medsos itu tanpa terlebih dahulu mengkonfirmasi nya. Hal itu tentunya akan berbenturan dengan kode etik jurnalistik dan UUD Pers. “Untuk itu kita sangat setuju dilakukannya UKW kepada semua wartawan baik cetak maupun siber, agar kualitas wartawan semakin meningkat dan pemberitaan sesuai kaidah kode etik jurnalistik (KEJ) dan UU Pers,” pungkasnya.

Panelis berikutnya Dewan Kehormatan Provinsi (DKP) PWI Sumut, Drs. Sahrir, M.I.Kom dalam makalah nya berjudul “Kompetensi Menuju Profesionalisme Wartawan” menjelaskan, kemajuan teknologi saat ini membuat wartawan menjadi pemalas. Tinggal klik dan copy paste sebuah berita sudah bisa dikirim ke redaksi. 

Berbeda dengan wartawan di masa lalu yang harus membuat berita dengan mesin ketik manual. Wartawan di masa itu harus turun ke lapangan dan membuat berita sendiri, kata nya. Karya wartawan di zaman sebelum era digitalisasi murni karya wartawan yang bersangkutan. 

“Jadi jangan merasa sudah menjadi wartawan jika kemampuan hanya sekedar copy paste,” jelas mantan Ketua PWI Sumut itu. Selain itu, dia juga menekankan agar setiap wartawan meningkatkan kualitas diri jika ingin bergabung di PWI, karena PWI adalah wadah berkumpul nya wartawan bukan kawan-kawan nya wartawan atau saudara-saudara nya wartawan. 

Ditambahkannya, PWI selalu menjadi garda terdepan membela anggotanya jika bermasalah saat bertugas di lapangan, tegasnya.

Sementara panelis terakhir Ketua PWI Sumut H. Farianda Putra Sinik, SE dalam kesempatan itu mengatakan, era digitalisasi adalah era yang serba menggunakan teknologi dan internet, maka industri pers memang tidak bisa lepas dari digitalisasi tersebut. Salah satu dampak negatif digitalisasi adalah cepat nya penyebaran informasi melalui internet sehingga media cetak menjadi tertinggal. 

Saat ini kata Farianda, 70 persen iklan dikuasai media massa berbasis online dan sisanya diperebutkan oleh media cetak, radio dan televisi.

Hal itu membuat perusahaan media cetak mau tidak mau harus mengikuti perkembangan teknologi. Dia mengatakan selain memiliki media cetak saat ini perusahannya juga sudah memiliki ke E-Paper yakni surat kabar dalam bentuk digital. “Jika tidak mengikuti kemajuan teknologi maka perusahaan media cetak akan tergilas dan tutup,” ujarnya.

Dalam makalah nya yang berjudul “Tantangan Perusahaan Pers Dalam Menghadapi Era Digitalisasi” itu, menjelaskan, beberapa tantangan dan persoalan yang dihadapi perusahaan pers adalah, perlunya biaya tambahan atau modal karena selain biaya cetak pada perusahaan surat kabar, sekarang perusahaan surat kabar pun harus menyajikan konten daring/online.

Kemudian katanya, perusahaan media cetak ditinggal karyawan/pekerja menuju mediaplatform digital. Tantangan lainnya, perusahaan terpaksa mengurangi cetak dan menutup usaha karena pembaca menurun, penonton berkurang dan otomatis pula pemasang iklan akan berkurang. Selain itu, ada beberapa tantangan lain seperti pemutusan hubungan kerja dengan karyawan, penundaan pembayaran gaji.

Untuk mengatasi tantangan tersebut, kata Farianda perusahaan pers harus melakukan konvergensi media (manfaatkan IT/Medsos), inovatif/kreatif, pertahankan, bangun dan perluas link/jaringan, rangkulperguruan tinggi, sekolah, perumahan-perumahan, parpol, ormas dan komunitas lainnya. 

Selain itu harus mampu menciptakan pembaca baru (mahasiswa, generasi milenial, komunitas masyarakat), melakukan perubahan (konten, tampilan, penyajian/penggarapan, pemasaran) serta melakukan kerja sama atau MOU dengan Pemda, perusahaan/swasta dan lembaga lainnya.

“Pemda harus ikut ‘bertanggung jawab’ menyelamatkan media cetak. Selain itu perusahaan pers juga dapat memanfaatkan dan CSR,” tutupnya.

Tampak hadir dalam acara tersebut selain ketiga panelis juga hadir Sekretaris PWI Sumut SR. Hamonangan Panggabean, Wakil Ketua Bidang Organisasi Rifki Warisan, Wakil Ketua Bidang Hukum Amrizal, SH, MH, pengurus PWI Sumut lain nya seperti Idris Pasaribu, Sugiatmo, Maju Manalu, Amru Lubis dan pengurus PWI dari kabupaten/kota.(Moe/MSC)

Share:
Komentar

Berita Terkini