Doa Nelayan Menembus Langit, Kisah Perjalanan Haji Khairul Saleh

Editor: mediaselektif.com author photo

MEDIASELEKTIF.COM - Di sudut tepian selat malaka, tepatnya di Desa Mesjid Lama, Kecamatan Talawi, Kabupaten Batubara, tinggal seorang lelaki sederhana bernama Khairul Saleh memiliki seorang istri dan 5 orang anak. Usianya telah memasuki 52 tahun.

 Ia bukan pejabat, bukan pula pengusaha besar. Sehari-hari, ia hanyalah seorang nelayan yang makan upah dari tokeh pemilik kapal pencari ikan, dan di waktu-waktu senggangnya, ia menjadi mualim kampung guru ngaji yang sabar membimbing anak-anak dan jamaah perwiritan di desanya.

Tiada yang menyangka dari kehidupan yang serba terbatas itu, Allah izinkan ia menapakkan kaki ke Tanah Suci. Tahun 2025, Khairul Saleh menunaikan ibadah haji, menyempurnakan rukun Islam yang kelima. Sebuah perjalanan spiritual yang bukan hanya menyentuh hati, tapi juga menginspirasi banyak orang.

Sejak tahun 2010-an, para  tokeh dermawan di Kecamatan Talawi memiliki tradisi yang sangat menginspirasi, para kumpulan tokeh yang dermawan mendaftarkan orang-orang baik dan alim untuk berangkat haji. Mereka tak melihat jabatan atau harta, tapi menilai keikhlasan, akhlak, dan kontribusi orang itu kepada masyarakat.

Sekitar Tahun 2013, nama Khairul Saleh muncul dalam musyawarah para tokeh. Ia dianggap layak. Sifatnya yang rendah hati, semangat bekerja sebagai nelayan dan mengajar ngaji, serta keikhlasannya menjadi inspirasi banyak warga. Para tokeh pun iuran dan mendaftarkannya dengan setoran awal sekitar 23 juta rupiah, cukup untuk mendapatkan nomor porsi haji.

Seiring Waktu berjalan, Banyak dari para dermawan itu telah meninggal dunia. Hingga akhirnya pada Oktober 2024, pemerintah mengumumkan nama-nama jemaah haji tahun 2025. Tak disangka, nama Khairul Saleh keluar sebagai salah satu calon jemaah dari Kabupaten Batubara.

Kegembiraan Khairul itu disertai kebingungan. Karena meski terdaftar, Khairul belum memiliki dana untuk melunasi biaya tambahan haji yang sudah ditetapkan pemerintah.

Kasi PHU Kemenag Batubara, Refiyenti menghubungi Khairul untuk proses pelunasan. Namun di batas waktu 17 Maret 2025, ia belum mampu membayar. Dengan penuh harap, ia meminta waktu tambahan.

Refiyenti, dengan bijak dan penuh empati, memberi perpanjangan hingga 27 Maret. Dari situ, Khairul tak tinggal diam. Ia kembali melaut, memanjatkan doa dalam setiap melepaskan Jaring pukat jala dan deru ombak. Tapi waktu terus berjalan.

Seiring berjalannya waktu Kabar tentang Khairul ini pun menyebar. Para tokoh masyarakat Desa Mesjid Lama berkumpul. Mereka memutuskan, Khairul harus berangkat. Tak ada alasan lain. Ini bukan soal uang, tapi soal menghargai budaya tokeh terdahulu, pengabdian khairul ditengah masyarakat. 

Akhirnya beberapa hari donasipun dikumpulkan. Dari rumah ke rumah. Dari hati ke hati. Hingga puncaknya pada 27 Maret 2025, semua kekurangan biaya dilunasi. 

Ternyata Belum selesai. Masih ada biaya-biaya lain seperti cek kesehatan, perlengkapan, dan akomodasi. Tapi masyarakat tak mundur. Mereka kembali bergerak bersama, dan semuanya tercukupi.

Pada 14 Mei 2025, Khairul Saleh bersama 274 jemaah kloter 12 resmi berangkat. Pelepasan dilakukan langsung oleh Bupati Batubara Baharuddin Siagian, S.H., M.Si. Di tengah derai air mata haru, Khairul pamit, membawa doa seluruh warga kampungnya ke Tanah Suci.

Ia kini telah kembali ke tanah air. Bergelar Haji Khairul Saleh. Tapi lebih dari gelar, ia kini menjadi teladan masyarakat Talawi. 

Perjalanan Khairul Saleh menjadi bukti bahwa doa yang tulus tak pernah sia-sia. Bahwa Allah tak melihat kemewahan, tapi melihat hati yang ikhlas dan amal yang terus mengalir.

Ia bukan hanya nelayan, bukan hanya guru ngaji. Ia adalah pejuang hidup, yang dengan sabar, diam-diam, dan istiqamah, akhirnya mendapat panggilan suci-Nya.

Semoga kisah ini menginspirasi lebih banyak hati untuk berbuat baik, karena bisa jadi dari kebaikan itu, Allah hadirkan keajaiban pula.(Rel/MSC)

Share:


Komentar

Berita Terkini