MEDAN - Dalam setiap tahunnya berkisar 2,3 juta wanita melakukan aborsi di Indonesia. Di mana berkisar 20 persennya dilakukan remaja putri dengan cara yang tidak aman.
Hal ini dikatakan Wakil Rektor II USU Prof Dr dr M Fidel Ganis Siregar Mked (OG) SpOG (K) saat memberikan pemaparan dalam kegiatan "Desiminasi Sex Education" dengan tajuk "Kesehatan reproduksi remaja," dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-67 USU ke-67 di auditorium Medan, Jumat (20/9/2019).
"Dari jumlah aborsi tersebut, berkisar 9 persen dilakukan wanita yang belum menikah dan 91persen dilakukan wanita sudah menikah. Sedangkan bila diklasifikasikan berdasarkan usia, pelaku usia di bawah 20 tahun berkisar 15 persen, usia di antara 20 sampai dengan 29 tahun berkisar 51persen dan 30 tahun keatas berkisar 34 persen," paparnya.
Lebih lanjut dikatakannya, kerugian dan bahaya kehamilan yang tidak diinginkan, mengakibatkan para remaja menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan meniti karir. Mereka menjadi orangtua tunggal dalam pernikahan dini yang tidak terencana. Mereka kesulitan dalam beradaptasi serta secara psikologis sulit mengharapkan adanya perasaan kasih-sayang. Kemudian kesulitan beradaptasi menjadi orang tua (tidak bisa mengurus kehamilannya dan bayinya) kemudian perilaku yang tidak efektif (stres dan penuh konflik).
Lalu akibat mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan pasangan mereka terakhir mengakhiri kehamilannya atau melakukan aborsi ilegal yang bisa menyebabkan kematian.
Lebih lanjut ia menyampaikan, umumnya, ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. "Hal ini menyebabkan resiko kehamilan bagi ibu dan janin ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko akibat pada kematian ibu dan bayi kehamilan usia muda dapat menderita kanker di masa yang akan datang," paparnya.
Dalam kesempatan itu Fidel juga menyampaikan sejumlah masalah dalam seks bebas, di mana seks pra nikah lebih cenderung terjadi penularan penyakit IMS dan HIV atau AIDS kehamilan yang tidak diinginkan sering menyebabkan aborsi yang tidak aman bagi pernikahan remaja hamil di usia muda memiliki resiko tinggi.
Di penghujung penyampaian materinya ia menyampaikan beberapa faktor penyebab seks bebas dikalangan remaja, pertama kualitas diri remaja berbagai aktivitas yang mengarah pada pemuasan seksual. Ini menunjukkan tidak berhasilnya remaja dalam mengendalikan atau mengalihkan dorongan tersebut pada kegiatan lain. Pengendalian diri adalah komponen yang menentukan akan melakukan atau tidak melakukan perilaku seksual berisiko tersebut.
Kualitas keluarga orangtua kurang memperhatikan perilaku anak-anaknya sehingga kegagalan fungsi orang tua menjadi salah satu faktor penyebab perilaku seks pranikah minimnya kualitas informasi dan kualitas lingkungan.
Sedangkan pembicara lainnya Nur Afi Darti S Kep M Kep menyatakan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi berkisar 15 persen remaja usia 10 sampai 24 tahun di Indonesia telah melakukan hubungan seks diluar nikah.
"Sedangkan 85 persen hubungan seks berusia 13 sampai 15 tahun terjadi di rumah dengan pacar," tukasnya.
Sedangkan pembicara terakhir dr Fazidah A Siregar MKes PhD menyampaikan materi terkait "Upaya pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja".
Di mana, upaya pencegahan pertama pendidikan kesehatan reproduksi. Kedua pendidikan agama dan meningkatkan keimanan. Ketiga peran dan pengawasan orangtua. Keempat pemanfaatan waktu luang sebaiknya memilih teman yang benar menghindari informasi buruk dari media massa.
Lebih lanjut disampaikannya, pendidikan kesehatan reproduksi ini dengan memberi tahukan kepada anak agar bagian tubuh pribadi tidak boleh dilihat dan disentuh sembarangan orang baik mulut dada kemaluan vagina atau penis di bagian bawah kemudian .
Bagian tubuhmu hanya boleh disentuh ayah atau ibu ketika memandikanmu, ketika membersihkan sehabis buang air katakan tidak saat orang lain menyentuh bagian pribadimu atau menyuruhmu buka maju di depannya, lalu menunjukkan bagian pribadi tubuhnya atau menunjukkan film atau foto telanjang.
Sebelumnya, kegiatan ini dibuka Wakil Rektor III Prof Dr Mahyuddin Nasiution dengan peserta para mahasiswa/mahasiswi dan siswa/siswi SMA seKota Medan total 900-san lebih peserta.(Irn/MSC)
Hal ini dikatakan Wakil Rektor II USU Prof Dr dr M Fidel Ganis Siregar Mked (OG) SpOG (K) saat memberikan pemaparan dalam kegiatan "Desiminasi Sex Education" dengan tajuk "Kesehatan reproduksi remaja," dalam rangkaian kegiatan Dies Natalis ke-67 USU ke-67 di auditorium Medan, Jumat (20/9/2019).
"Dari jumlah aborsi tersebut, berkisar 9 persen dilakukan wanita yang belum menikah dan 91persen dilakukan wanita sudah menikah. Sedangkan bila diklasifikasikan berdasarkan usia, pelaku usia di bawah 20 tahun berkisar 15 persen, usia di antara 20 sampai dengan 29 tahun berkisar 51persen dan 30 tahun keatas berkisar 34 persen," paparnya.
Lebih lanjut dikatakannya, kerugian dan bahaya kehamilan yang tidak diinginkan, mengakibatkan para remaja menjadi putus sekolah, kehilangan kesempatan meniti karir. Mereka menjadi orangtua tunggal dalam pernikahan dini yang tidak terencana. Mereka kesulitan dalam beradaptasi serta secara psikologis sulit mengharapkan adanya perasaan kasih-sayang. Kemudian kesulitan beradaptasi menjadi orang tua (tidak bisa mengurus kehamilannya dan bayinya) kemudian perilaku yang tidak efektif (stres dan penuh konflik).
Lalu akibat mengalami kesulitan dalam beradaptasi dengan pasangan mereka terakhir mengakhiri kehamilannya atau melakukan aborsi ilegal yang bisa menyebabkan kematian.
Lebih lanjut ia menyampaikan, umumnya, ibu muda pada waktu hamil kurang memperhatikan kehamilannya termasuk kontrol kehamilan. "Hal ini menyebabkan resiko kehamilan bagi ibu dan janin ibu muda pada waktu hamil sering mengalami risiko akibat pada kematian ibu dan bayi kehamilan usia muda dapat menderita kanker di masa yang akan datang," paparnya.
Dalam kesempatan itu Fidel juga menyampaikan sejumlah masalah dalam seks bebas, di mana seks pra nikah lebih cenderung terjadi penularan penyakit IMS dan HIV atau AIDS kehamilan yang tidak diinginkan sering menyebabkan aborsi yang tidak aman bagi pernikahan remaja hamil di usia muda memiliki resiko tinggi.
Di penghujung penyampaian materinya ia menyampaikan beberapa faktor penyebab seks bebas dikalangan remaja, pertama kualitas diri remaja berbagai aktivitas yang mengarah pada pemuasan seksual. Ini menunjukkan tidak berhasilnya remaja dalam mengendalikan atau mengalihkan dorongan tersebut pada kegiatan lain. Pengendalian diri adalah komponen yang menentukan akan melakukan atau tidak melakukan perilaku seksual berisiko tersebut.
Kualitas keluarga orangtua kurang memperhatikan perilaku anak-anaknya sehingga kegagalan fungsi orang tua menjadi salah satu faktor penyebab perilaku seks pranikah minimnya kualitas informasi dan kualitas lingkungan.
Sedangkan pembicara lainnya Nur Afi Darti S Kep M Kep menyatakan dampaknya terhadap kesehatan reproduksi berkisar 15 persen remaja usia 10 sampai 24 tahun di Indonesia telah melakukan hubungan seks diluar nikah.
"Sedangkan 85 persen hubungan seks berusia 13 sampai 15 tahun terjadi di rumah dengan pacar," tukasnya.
Sedangkan pembicara terakhir dr Fazidah A Siregar MKes PhD menyampaikan materi terkait "Upaya pencegahan perilaku seksual berisiko pada remaja".
Di mana, upaya pencegahan pertama pendidikan kesehatan reproduksi. Kedua pendidikan agama dan meningkatkan keimanan. Ketiga peran dan pengawasan orangtua. Keempat pemanfaatan waktu luang sebaiknya memilih teman yang benar menghindari informasi buruk dari media massa.
Lebih lanjut disampaikannya, pendidikan kesehatan reproduksi ini dengan memberi tahukan kepada anak agar bagian tubuh pribadi tidak boleh dilihat dan disentuh sembarangan orang baik mulut dada kemaluan vagina atau penis di bagian bawah kemudian .
Bagian tubuhmu hanya boleh disentuh ayah atau ibu ketika memandikanmu, ketika membersihkan sehabis buang air katakan tidak saat orang lain menyentuh bagian pribadimu atau menyuruhmu buka maju di depannya, lalu menunjukkan bagian pribadi tubuhnya atau menunjukkan film atau foto telanjang.
Sebelumnya, kegiatan ini dibuka Wakil Rektor III Prof Dr Mahyuddin Nasiution dengan peserta para mahasiswa/mahasiswi dan siswa/siswi SMA seKota Medan total 900-san lebih peserta.(Irn/MSC)
