Pertabalan Sultan Bilah X Sabrina Minta Jadi Pemersatu Melayu

Editor: mediaselektif.com author photo
MEDIASELEKTIF.COM - Sekretaris Daerah (Sekda) Provinsi Sumut (Provsu), Raja Sabrina mengharapkan Pertabalan Sultan Bilah X menjadi pemersatu seluruh zuriat kesultanan Bilah dan warga Melayu yang berada di Pantai Timur Sumatera.

Demikian dikatakannya saat menghadiri Pertabalan Sultan Bilah X dengan Gelar Duli Yang Mulia Sultan Yang Dipertuan Besar Negeri Bilah, Tuanku Muhammad Risfansyah Bidar Alam Sepuluh di Masjid Sultan Adil Bidar Alam, Kecamatan Bilah Hilir Labuhan batu, Sabtu (14/3/2020).

"Kita harapkan penabalan ini menjadi pemersatu bukan pemecah belah. Jangan sampai membuat ikon seperti raja-raja yang di pemberitaan baru-baru ini," kata Sabrina.

Menurutnya, orang Melayu harus menjadi orang pemersatu, apalagi Melayu merupakan bahasa pemersatu bangsa.

"Penabalan nama ini bagian dari pengembangan bagian kawasan Pantai Timur Sumatera, terutama sejarah dan budaya.  Nenek saya juga putri dari Sultan Bilah ini. Bahkan makamnya juga di sini," ujar Sabrina yang setelah penabalan juga menyempatkan berziarah ke makam neneknya.

Ke depan, setelah sultan dikukuhkan, diharapkan dapat melanjutkan gelar estafet Kesultanan Bilah. "Kami ingatkan kembali adapun penabalan ini untuk keberlanjutan pemangku kesultanan adat, mengingatkan generasi kita bahwa adat kita masih dilesatarikan," ujarnya.

Dalam acara penabalan tersebut, Tuanku Muhammad Risfansyah Bidar Alam Sepuluh disambut dengan adat Melayu oleh masyarakat yang ada di Kota Negeri Lama dan para tokoh Melayu di Sumut seperti Johar Arifin, Gus Irawan Pasaribu dan lainnya.

Salah satu tokoh Melayu Sumut yang juga Anggota DPR RI Komisi VII, Gus Irawan Pasaribu mengatakan bahwa ini menjadi momentum untuk membangkitkan kembali kesultanan Bilah yang sudah begitu lama tidak diaktifkan kembali. "Saya juga sepakat bahwa jangan ini menjadi pemecah kita," sebutnya.

Apalagi saat penabalan tersebut, sempat diketahui bahwa Raja Bilah membawahi beberapa raja-raja yang terdiri ada Melayu asli, kemudian ada juga yang Dalimunthe, Hasibuan Siringo-ringo dan lainnya. Begitu Labuhanbatu ini sudah sangat heterogen. "Untuk itu ini harus terus dilanjutkan estafetnya dan ke depan kita tetap memiliki komitmen untuk melestarikan budaya ini," ucapnya. (Rel/MSC)
Share:
Komentar

Berita Terkini