Medan Butuh Pemimpin Handal Untuk Membangun

Editor: mediaselektif.com author photo
MEDIASELEKTIF.COM - Saat ini Kota Medan butuh pemimpin yang handal untuk membangun Kota Medan melebihi kota - kota lain di Indonesia.

Demikian Pengamat Pembangunan Ekonomi asal USU Wahyu Ario Pratomo SE MEc kepada wartawan menanggapi perkembangan kota Medan menjelang HUT ke-430 ketika dihubungi, Selasa (30/6/2020).

"Ke depan Medan harus dipimpin Walikota yang memiliki perencanaan yang baik untuk pembangunan Kota Medan," ungkapnya.  Ia mengutarakan bila ditinjau dari usia seharusnya Kota Medan sudah menjadi  kota metropolitan termasuk kota paling terbesar di Indonesia khususnya bahkan kota terbesar dunia.

"Ini kalau dilihat dari sisi usianya," ungkapnya.

Namun kenyataannya, dalam perkembangannya, saat ini Kota Medan sangat tertinggal juga sekarang dibandingkan dengan kota-kota lain.

Meski kalau dari sisi penduduk kota ini termasuk yang besar dan karena memang kota Medan ini sudah dibangun terutama oleh Belanda ketika masa penjajahan. Di mana di sini (Medan-red), menurut Dosen Pembangunan Ekonomi USU ini, banyak perusahaan-perusahaan Belanda yang berinvestasi di Sumut ini, membangun perkebunan. Lalu kalau kita melihat sekarang ini, banyak infrastruktur kan masih banyak tertinggal, bangunan-bangunan, jalan kereta api, jalan sampai ke pulau Sumatera ini kan semuanya sampai Sibolga ada terowongan yang dibangun oleh Belanda.

Kemudian juga BUMN, ada empat ada Pelindo I, PTPN I, II, III dan IV, Deli Maskapai (PT KAI) sekarang ini- red) ini menandakan Kota Medan dirancang Belanda dulu untuk menjadi 'kota global' kota yang mendunia  yaitu di akhir 1.800-an.

Kota Medan, memiliki posisi yang paling bagus, karena dekat dengan Selat Malaka arus perdagangan dunia.

"Belanda sudah melihat posisi Kota Medan itu adalah posisi paling strategis, makanya kemudian pembangunan ekonomi di Indonesia itu dipilihlah Kota Medan di luar pulau Jawa.

Masalahnya sekarang, ungkapnya, perkembangan Kota Medan lambat karena leadership (pemimpin-red) Kota Medan selama ini.

"Meski kita memiliki sumberdaya yang bagus pun baik sumberdaya alam (SDA)  maupun sumberdaya manusia (SDM), kalau kita tidak dipimpin orang yang kuat, orang yang mempunyai visi, orang yang mempunyai rencana-rencana pembangunan dan bisa berkomitmen membangun Kota Medan ini 'tanpa ada korupsi' dan sebagainya, Medan menjadi kota yang luar biasa," ungkapnya sembari mengungkapkan 'kelembagaan' juga merupakan permasalahan terbesar saat ini.

Sebab, lanjutnya, yang saat ini men-triger pembangunan yaitu pemerintah dalam hal yakni Pemko Medan karena sudah otonomi daerah.

Kalau pemerintah tidak punya rencana yang bagus, tidak menjalani pekerjaannya dengan baik kita bagai auto pilot. Ekonomi tetap berjalan tetapi tidak terarah. Kesemrawutan di mana-mana , jalan-jalan rusak. Di mana kehadiran pemerintah itu yang diharapkan.

Contohnya  banyak daerah kalau kita lihat di Makasar kota sudah tua, awalnya bukan kota terbesar tetapi sekarang sudah melomba Medan, sarana luar biasa bahkan punya jalan tol dalam kota. Kita masih rencana.

Jalan tol masuk kota mereka sudah siapkan.  Palembang, sekarang punya sport city. Kenapa harus Palembang dipilih padahal Medan merupakan daerah strategis baik dari sisi frekuensi penerbangan yang padat. Kalau kita bercermin diri, pasti pemerintah sudah melihat adanya yang tidak benar dalam pembangunan Kota Medan makanya dialihkan ke daerah lain.

Tidak lagi

"Ini seharusnya menjadi salah satu evaluasi buat kita. Pembangunan memang berjalan tetapi lambat," paparnya seraya menyatakan kalau dulu Medan dikenal sebagai kota ketiga terbesar di Indonesia, kalau sekarang ia tidak percaya lagi.

Jika dari sisi penduduk, memang iya karena Medan termasuk kota yang luas wilayahnya  dibandingkan kota-kota lain yang ada di Indonesia.

Tetapi, kalau kita lihat pendapatan daerah (PDRB) Kota Medan ungkapnya, Medan memang masuk 10 besar. Tetapi kita di bawah Surabaya dan Bandung, ini karenanya kalau tidak ada perubahan bisa-bisa nanti Medan akan disalip Makasar dan Palembang.

Karena itu tidak ada kata lain harus ada leadership yang kuat untuk menjalankan pembangunan dengan benar agar Medan bisa mengejar ketertinggalan.

"Tidak mementingkan kepentingan pribadi dan kelompok jangan harap Kota Medan bisa lebih baik," tukasnya seraya menyatakan Medan memang kota metropolitan dari sisi penduduk yang banyak 2,5 juta. Penduduk Medan padat karena banyak pendatang yang mencari pekerjaan ke daerah ini seperti Binjai dan Deliserdang.

Wajar Medan semraut, sebab menjadi pusat pertumbuhan ekonomi Sumatera Utara.

Tetapi ke depan, bukan tidak mungkin investor akan berpikir dua kali untuk berinvestasi ke daerah ini.

Jika nanti infrastruktur di Sumut sudah baik, bukan mustahil investor akan melirik daerah lain karena bisa lebih murah, biaya produksi lebih murah karena lebih dekat dengan bahan baku. Apalagi, tol akan dibangun hingga Danau Toba bahkan hingga terhubung trans Sumatera serta beroperasinya Pelabuhan Kuala Tanjung.

Nantinya investor akan berpikir, lah pelabuhannya ada di Kuala Tanjung Batubata ngapain buat usaha di Medan.

Bisa jadi Medan pertumbuhan tidak akan cepat daerah lain akan cepat.

Kalau seperti itu Kota Medan, pertumbuhan ekonomi akan sama dengan Provinsi Sumut atau di bawah Sumut.

Selama ini pertumbuhan ekonomi cukup tinggi karena kita masih memiliki Pelabuhan Belawan. Barang-barang diekspor dari pelabuhan. Perlahan berkurang pasca pindahnya Polonia ke Kualanamu. Pendapat anjlok dari sisi perparkiran. Termasuk cargo.

Jika nantinya Kuala Tanjung jadi pelabuhan internasional maka ekspor tidak melalui Belawan lagi. Jadi makin berkurang lagi pendapatan.

Dampaknya, pertubuhan akan melambat dari kota-kota lain akan menjadi lebih besar dari Medan.

Karenanya kedepan Medan butuh pemimpin yang baik sehingga bisa menyusun perencanaan dengan baik sehingga pembangunan akan optimal.

"Terpenting pemimpin harus mampu menyusun pembangunan yang lebih baik tanpa kebocoran. Kalau ini bisa dihilangkan pembangunan lebih efisien kedepan medan kan lebih lebih besar lagi," tukasnya.

Tahun 2019 pertumbuhan pembangunan 5,93 persen tertinggi kedua setelah gunung Sitoli. Seharusnya jika tidak ada kebocoran yang besar pertumbuhan ekonomi akan lebih besar dari itu.

"Sekarang ini petumbuhan ada tetapi diiringi juga dengan kebocoran yang besar sehingga tidak signifikan," paparnya seraya mengharapkan kemacetan kesemrawutan bisa dihilangkan infrastruktur jalan diperbaiki termasuk pariwisata.(Irn/MSC)


Share:
Komentar

Berita Terkini