Ngobrol Bareng Legislator "Anak Muda Jaga Pemilu Damai"

Editor: mediaselektif.com author photo

MEDIASELEKTIF.COM - Kabupaten Bogor menjadi saksi terlaksananya forum diskusi yang membahas peran anak muda dalam menjaga keamanan dan damai selama proses pemilihan umum (Pemilu). Dengan tema "Anak Muda Jaga Pemilu Damai," forum ini menjadi platform penting untuk mengeksplorasi strategi efektif dalam mencegah ketegangan politik dan potensi konflik, khususnya dengan melibatkan pemuda sebagai agen perubahan. Sabtu, (3/02/2024).

Pada pembukaan diskusi, dicatat adanya ketegangan dan konflik politik pada pemilu sebelumnya yang berujung pada kerusuhan di beberapa daerah. Data menunjukkan bahwa perbedaan politik dan ketidakpuasan terhadap hasil pemilu menjadi pemicu utama kerusuhan tersebut.

Oleh karena itu, forum ini bertujuan untuk merumuskan strategi mencegah konflik serupa dengan melibatkan pemuda sebagai agen perubahan yang dapat membawa dampak positif.

Dalam konteks kondisi terkini di Indonesia, peran media sosial dan pengaruhnya terhadap opini publik menjadi fokus diskusi. Forum ini membahas dampak media sosial terhadap politik dan mencari cara bagaimana anak muda dapat menggunakan platform tersebut untuk menyebarkan pesan perdamaian dan kesadaran politik yang konstruktif.

Partisipasi aktif anak muda dalam pemilu juga menjadi sorotan utama. Data menunjukkan bahwa tingkat partisipasi pemilih muda masih rendah. Oleh karena itu, dalam forum ini dibahas strategi untuk meningkatkan partisipasi anak muda dalam proses demokrasi, termasuk melalui pendidikan politik yang menyeluruh dan pemberian akses informasi yang lebih baik.

Pentingnya pendidikan politik juga menjadi perhatian dalam konteks "Anak Muda Jaga Pemilu Damai". Data menunjukkan bahwa pemahaman politik di kalangan anak muda perlu ditingkatkan. Forum ini diharapkan menjadi tempat untuk mengidentifikasi kekurangan-kekurangan ini dan merumuskan solusi pendidikan politik yang lebih efektif.

Selain itu, forum ini juga menjadi ruang untuk merumuskan kampanye damai yang melibatkan anak muda. Dengan kreativitas dan energi positif mereka, anak muda diharapkan dapat menjadi agen perubahan yang efektif dalam menyebarkan pesan perdamaian dan menekan potensi konflik selama pemilu.

Dalam konteks globalisasi, forum diskusi ini mencoba membandingkan pengalaman anak muda di Indonesia dengan anak muda di negara-negara lain yang juga menghadapi tantangan serupa. Pertukaran pengalaman diharapkan dapat menghasilkan ide-ide baru dan inovatif dalam menjaga pemilu damai.

Kesimpulannya, forum diskusi "Anak Muda Jaga Pemilu Damai" menjadi sarana penting untuk merumuskan strategi konkret dalam melibatkan anak muda dalam proses pemilu, membangun kesadaran politik, dan mencegah potensi konflik. Dengan melibatkan berbagai pihak, termasuk pemerintah, lembaga pendidikan, dan masyarakat sipil, diharapkan dapat diciptakan suasana pemilu yang aman, damai, dan demokratis.

NOTULENSI NGOBROL BARENG LEGISLATOR

1. Anton Sukartono Suratto, M.Si

Negara Indonesia merupakan negara demokrasi yang prosesnya memerlukan suatu indikator masyarakat yang terdidik serta memiliki tingkat intelektualitas dalam arti terbentuknya warga negara yang sadar dan paham terhadap kebijakan-kebijakan politik dan birokrasi pemerintah yang biasa disebut literasi politik.

Di era pemilihan umum tahun ini, para pemilih pemula lebih banyak mengakses informasi dengan menggunakan media digital. Pendidikan politik harus dikemas dengan memanfaatkan media digital yang ada, baik televisi, radio, portal berita, platform sosial media lainnya.

Maka dari itu, diperlukan himbauan dan sosialisasi kegiatan berbasis politik yang dapat menumbuhkan dan melibatkan peran serta masyarakat di lingkungan pemerintah daerah maupun pemerintah pusat. Selain itu, diperlukan penyusunan ulang strategi terhadap himbauan dan sosialisasi yang dapat beradaptasi dengan perkembangan zaman dan teknologi. Penyajian informasi yang kaku dan membosankan dengan hanya menggunakan cara-cara konvensional sudah tidak cocok untuk pendidikan politik di era revolusi industri 4.0.

Peran serta ”anak muda” dalam proses pemilihan umum menjadi kunci penting terselenggaranya pemilu yang aman, damai dan demokratis. Jumlah penduduk Indonesia berdasarkan kelompok usia pada tahun 2022 (BPS), dimana kategori usia 15 – 30 tahun (anak muda) berjumlah 24% dari total populasi penduduk. Bonus demografi di Indonesia dimana anak muda lebih mendominasi memerlukan konsiderasi pentingnya wawasan politik yang berkualitas. Wawasan politik yang berkualitas menjadi bekal terwujudnya peran serta pemuda sebagai agen perubahan yang efektif dalam menyebarkan pesan perdamaian dan menekan potensi konflik selama pemilu.

Data dari Pusat Peneliti Politik LIPI, sekitar 30%-40% pemilih dalam pemilu 2019 didominasi oleh kaum milenial. Sayangnya, berdasarkan laporan IDN Research Institute, hanya 23,4% yang kerap mengikuti berita politik. Namun, persentase kerap mengikuti berita politik ini tidak dinyatakan secara pasti bahwa mengerti atau memiliki wawasan akan politik. Hal ini didasari oleh sikap penduduk pada kategori usia dewasa awal atau generasi muda yang merasa bahwa politik hanya untuk orang- orang yang sudah dewasa akhir dan lansia awal sehingga memiliki sikap cenderung apatis terhadap persoalan politik.

Melalui pendidikan politik pada anak muda generasi bangsa, diharapkan timbulnya ide dan inovasi terhadap strategi penumbuhan kesadaran dan wawasan politik yang berkualitas di seluruh lapisan masyarakat. Melalui peran serta anak muda sebagai agen perubahan maka diharapkan kreativitas dan energi positif yang mereka miliki dapat mendukung terselenggaranya strategi yang telah disusun. Selain melalui kegiatan fisik, peran serta anak muda perlu diselenggarakan melalui perkembangan teknologi informasi terutama pada media sosial.

Diharapkan penggunaan media sosial oleh anak muda yang memilki wawasan politik berkualitas dapat menjadi sarana penyeberan pesan perdamaian dan kesadaran politik yang konstruktif terutama dalam menyikapi proses pemilihan umum.

Tantangan terbesar yang dihadapi oleh anak muda pada saat ini merupakan keterbatasan informasi yang akurat terhadap informasi seputar pemilu dan citra kandidat pemilu. Melalui persebaran informasi oleh siapa saja melalui media sosial dan internet, anak muda dapat memiliki persepsi yang salah terkait proses maupun stakeholder pemilu. 

Akibat keterbatasan informasi yang akurat serta minimnya keterlibatan anak muda atau bahkan untuk anak muda yang baru pertama kali berkontribusi didalam sebuah sistem politik, akan dapat menimbulkan terjadinya kurang pemahaman dikalangan anak muda. Hal ini perlu diantisipasi agar keraguan yang dirasakan oleh anak muda tidak menjadi bumerang yang dimana nantinya dapat menyebabkan hilangnya ketertarikan untuk berkontribusi didalam sebuah ekosistem politik.

Proses melibatkan anak muda dalam mewujudkan pemilu yang aman, damai dan demokrasi memerlukan sinergi dengan beberapa pemangku kepentingan diantaranya adalah:

1. Legislator dan Pembuat Kebijakan:

Perumusan dan penetapan strategi beserta mekanisme dalam proses pemilu memerlukan aspirasi dari para”anak muda”. Hal tersebut dalam mempertimbangkan pendekatan dan metode yang dibutuhkan dalam menjangkau ketertarikan, kepedulian dan kemudian menumbuhkan peran serta anak muda lainnya dalam kesadaran berpolitik.

2. Organisasi Pemuda dan Mahasiswa:

Anak muda yang telah memiliki wawasan dan kesadaran politik berkualitas akan melakukan pendekatan ataupun membentuk organisasi pemuda dan mahasiswa. Hal tersebut dalam rangka menerapkan konsep community based and driven.

3. Media dan Jurnalis Pemuda:

Salah satu sarana penyebaran informasi merupakan media baik berupa media cetak, media visual maupun yang bersifat virtual. Konten yang disebarluaskan melalui berbagai macam sarana media, memerlukan objektivitas dalam penyusunannya. Perlu disadari oleh pihak media maupun jurnalis, bahwa diperlukan penerapan kesadaran politik dan pengukuran toleransi sejauh mana efektivitas penerapan objektivitas yang dilakukan. Hal tersebut merupakan upaya agar tidak terjadi penyimpangan informasi seperti hoaks, fitnah bahkan berpotensi untuk terjadinya character assasination.

4. Lembaga Pendidikan:

Literasi politik dalam rangka menumbuhkan wawasan dan kesadaran politik tidak dapat muncul begitu saja tetapi ditumbuhkan sejak usia dini melalui pendidikan formal. Pendidikan formal dapat menjadi salah satu alternatif solusi untuk melestarikan wawasan dan kesadaran politik yang berkualitas

Dengan bermedia sosial yang baik dan santun, secara tidak langsung seseorang akan membangun masa depan yang baik, memiliki adab yang baik dan memiliki jiwa toleransi yang tinggi.(Rel/MSC)

Share:
Komentar

Berita Terkini