MEDIASELEKTIF.COM - Fitriyana Sakinah Daulay atau yang akrab disapa Ibu Yana, menjadi seorang pendidik bukan hanya sebuah pekerjaan, tapi sebuah pengabdian. Lahir di Medan pada 9 Januari 2001, Yana merupakan anak kedua dari tiga bersaudara.
Dalam perjalanan hidupnya, Yana belajar bahwa kesuksesan bukan sebuah pemberian, tapi hasil kerja keras, belajar terus-menerus, dan pantang menyerah, apa pun rintangan yang terjadi.
Lulusan S1 Pendidikan Bahasa Inggris Universitas Negeri Medan (UNIMED) pada 22 November 2022 ini memang tak kenal lelah mencari dan menyerap pengetahuan.
Sejak masih duduk di SMA, kemudian saat menjadi mahasiswi, Yana tidak menyia-nyiakan waktu. Setelah lulus SMA pada 2019, sambil melanjutkan studi, Yana mulai meniti kariernya di dunia kerja.
Dalam kurun 2019-2020, Ia menjadi guru tentor Bahasa Inggris untuk siswa SD, SMP, dan SMA di sebuah kursus rumahan. Pagi, siang, dan malam, Yana bergantian mendatangi rumah demi rumah dan tempat belajar, kadang harus mengajar di 3 tempat sekaligus. Pengalaman inilah yang nantinya menjadi bekal penting saat menjadi pendidik profesional.
Memasuki tahun 2020, sambil masih menyelesaikan studi, Yana diberi kepercayaan menjadi guru informatika di sebuah SD di Medan. Pengalaman tersebut bukan saja menjadi ladang belajar dan mencari nafkah, tapi juga menjadi tempatnya belajar menjadi pendidik yang kreatif, sabar, dan mampu memahami kebutuhan belajar siswa.
Setelah lulus, Yana kemudian bergabung menjadi guru bahasa Inggris dan satmikal di MTs Al-Manar (2022-2025), kemudian di MA+ Taruna Aljabar Medan (2023-2025), dan juga menjadi instruktur di Hero English Course (2023-2025) — sebuah lembaga kursus bahasa Inggris yang dikhususkan untuk siswa SMA dan universitas. Dalam perjalanan tersebut, Yana terus belajar, mencari pendekatan belajar yang paling sesuai, dan turut menjadi fasilitator dan praktisi yang sering diminta berbagi di tempat lain.
Selain menjadi pendidik, Yana juga aktif belajar dan mencari pengalaman dari pelatihan, kursus, dan media belajar mandiri. Dalam proses belajar itulah, Yana menemukan passionnya, yaitu menjadi seorang guru yang bukan hanya mengajar, tapi juga menjadi teladan, pendorong, dan cahaya bagi siswa-siswanya.
Dalam skripsinya, Yana mengangkat tema berdasarkan pelatihan dan praktik yang dijalankan, sebuah bukti bahwa belajar dan mengajar bukan dua hal yang terpisah, tapi saling melengkapi.
Perjuangan Yana mencapai puncaknya pada saat dia mengikuti seleksi CPNS formasi Guru Bahasa Inggris 2024. Dalam proses seleksi tersebut, Yana berhasil meraih peringkat 1 pada sesi 26 Oktober 2024, peringkat 2 se-Sumatera Utara pada formasi yang diikuti, dan peringkat 8 pada SKB dari 12 orang. Keberhasilan ini bukan terjadi secara instan.
Perjalanan Yana dipenuhi kerja keras, belajar terus-menerus, dan kesabaran yang luar biasa.
Ujian terberat terjadi ketika Yana tengah bergelut pada proses seleksi. Dalam perjalanan tersebut, ibunda tercinta — yang juga merupakan seorang guru dan menjadi panutan hidupnya — wafat, dua hari setelah Yana menyelesaikan SKB non-CAT. Kepergian sang ibu menjadi pukulan berat; seakan separuh hidup Ibu Yana turut dibawa, tapi demi memenuhi harapan dan impian ibunda.
Yana memilih tegar dan melangkah terus. Dalam kesedihannya, Yana menemukan cahaya, bahwa belajar dan mencari pengalaman adalah cara terbaik untuk melanjutkan jasa dan pengabdian ibunda.
Selain menjadi pengajar, Ia juga aktif mengikuti pelatihan dan kursus, belajar teknologi, kurikulum merdeka, dan pendekatan belajar yang kreatif. Dalam proses belajar tersebut, Yana sering diminta menjadi praktisi, fasilitator, dan narasumber di tempat lain, kecuali di Taruna, tempat dia memang melamar secara mandiri.
Pengalaman dan kerja kerasnya kemudian menjadi landasan penting saat nantinya diberi kepercayaan menjadi seorang CPNS dan bergabung di MAN Tapanuli Selatan.
Awalnya, saat mendengar penempatannya di MAN Tapanuli Selatan, Yana sempat terkejut. Maklum, madrasah tersebut terletak cukup jauh dan Ia masih awam terhadap kondisi dan suasana di tempat yang nantinya menjadi ladang pengabdiannya. Tapi Yana tak gentar.
Dalam hatinya, Ia percaya bahwa dimanapun nantinya ditempatkan, jika dijalani dengan ikhlas, kerja keras, dan hati yang terbuka, dia dapat memberikan yang terbaik demi madrasah dan siswa-siswi yang nantinya menjadi tanggung jawabnya.
Bagi Yana, perjalanan hidup bukan soal menemukan kesuksesan secara instan, tapi belajar, belajar, dan belajar terus, mencari dan menemukan makna hidup.
Dalam pesannya kepada generasi penerus, Yana menekankan, “Waktu memang singkat, tapi jika dimanfaatkan sebaik mungkin, nantinya akan menjadi perjalanan yang paling berguna. Capek memang, tapi nantinya akan menjadi sebuah kisah hidup yang tak terlupakan.”
Pengalaman kerja, belajar, dan belajar dari kesulitan hidup membuat Yana matang, kreatif, dan mampu menjadi cahaya, bukan hanya bagi siswanya, tapi juga bagi bangsa. Dalam hati, Yana masih menyimpan harapan besar: dapat terus belajar, berguna, dan menjadi teladan, sesuai nasihat dan ajaran sang ibu, pahlawan hidupnya.(Rel/MSC)