Perusahaan Pembiayaan Masih Andalkan Bank Jadi Sumber Dana

Editor: mediaselektif.com author photo

MEDIASELEKTIF.COM - Sejumlah perusahaan pembiayaan (multifinance) masih mengandalkan perbankan untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pada 2019. Proses pendanaan dari perbankan dianggap lebih mudah ketimbang menerbitkan surat utang (obligasi).


Direktur Utama PT Buana Finance Tbk Yannuar Alin mengatakan pihaknya baru saja mendapat komitmen kucuran dana dari kredit sindikasi perbankan sebesar Rp1 triliun. Mayoritas dana dari PT Bank Central Asia Tbk sebagai penjamin emisi utama (mandated lead arranger) sebesar Rp300 miliar.

Ada pula plafon pinjaman dari PT Bank Permata Tbk sebesar Rp200 miliar, lalu PT Bank Pan Indonesia Tbk, PT Bank Jateng, Shinhan Bank, PT Bank Artha Graha Internasional Tbk masing-masing sebesar Rp100 miliar, serta Bank QNB Indonesia dan Bank SBI masing-masing Rp50 miliar.

"Ini cairnya nanti enam bulan setelah penandatanganan hari ini, dananya untuk mendanai pembiayaan tahun ini," ucap Yannuar, Jumat (15/3/2019) seperti dilansir dari cnn indonesia.

 

Buana Finance menargetkan dapat menyalurkan pembiayaan sebesar Rp3,2 triliun sepanjang 2019. Angka itu naik tipis dari realisasi tahun lalu sebesar Rp3 triliun.

"Ya karena dari industri juga tidak terlalu optimis, jadi kami mengikuti saja," tutur dia.

Selain dari kredit sindikasi, pendanaan perusahaan tahun ini juga akan dipenuhi dari pinjaman beberapa bank lainnya, seperti PT Bank Mayora dan Bank QNB Indonesia masing-masing sekitar Rp100 miliar-Rp150 miliar. Lalu, Buana Finance juga sedang melakukan proses pinjaman dari Deutsche Bank sebesar Rp1 triliun.

"Jadi memang pendanaan kami paling besar dari perbankan, nanti ada obligasi juga mungkin Rp500 miliar sampai Rp600 miliar," ucap Yannuar.

Dari sisi laba bersih, ia menargetkan bisa menyentuh Rp75 miliar, naik dari 2018 yang sekitar Rp60 miliar. Kemudian, rasio kredit bermasalah (non performing finance/NPF) juga akan ditekan hingga di bawah 2 persen.

"Kalau per Februari 2019 ini 2,1 persen. Desember 2018 itu 2,4 persen. Tahun ini sampai Desember di bawah 2 persen. Caranya dengan pembiayaan yang selektif dan sistem yang lebih baik," jelas dia.

Hampir sama dengan Buana Finance, PT BCA Finance juga masih mengandalkan bank sebagai sumber pendanaan utamanya. Namun, karena di bawah PT Bank Central Asia Tbk, BCA Finance kerap melakukan kredit patungan atau pembiayaan bersama (joint financing) dengan BCA. Porsi pendanaannya mencapai 90 persen.

"Joint financing seperti kontrak dengan tiga pihak, konsumen, bank, dan multifinance. Tenornya sepanjang masa pinjaman," kata Direktur Utama BCA Finance Roni Haslim.

Untuk tahun ini, perusahaan menargetkan penyaluran pembiayaan sebesar Rp32,5 triliun. Angka itu persis dengan target tahun lalu, tapi realisasi pembiayaan 2018 lebih tinggi yaitu Rp33,44 triliun.

"Posisi pembiayaan Januari sampai Februari 2019 sebesar Rp5,29 triliun dan NPF 1,6 persen," ucap Roni.

Ia mengakui industri multifinance masih dihadapkan pada beberapa tantangan tahun ini, makanya manajemen tak berani mematok target besar. Beberapa tantangan itu, misalnya agenda pemilihan presiden (Pilpres) pada April 2019 mendatang, pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS), dan gejolak harga komoditas.

Sebelumnya, Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Pembiayaan Indonesia (APPI) Suwandi Wiratno mengatakan industri juga mendapatkan hambatan dari potensi kenaikan suku bunga acuan The Fed yang berlanjut tahun ini. Pasalnya, suku bunga acuan Bank Indonesia (BI) biasanya akan The Fed, dan akhirnya berimbas pada suku bunga bank dan multifinance.

Selain itu, kondisi daya beli masyarakat yang belum sepenuhnya pulih juga menjadi tantangan bagi pelaku usaha multifinance. Jika tak berubah, pengajuan pembiayaan ke multifinance juga akan tersendat. (cnn/ms)

 


Share:
Komentar

Berita Terkini